Kamis, 19 Desember 2013
Jasad yang sangat busuk tapi tak mati
LENSAINDONESIA.COM: Siapa tak tahu peristiwa pembantaian Sabra dan Shatila, pada 18 September 1982 silam.
Sebanyak 2,000 pengungsi warga Palestin di kem Sabra dan Shatila, Lebanon, dibantai oleh kelompok milisi dibawah komando Menteri Pertahanan Israel (ketika itu), Jenderal Ariel Sharon.
Dalam pembantaian itu, Sharon menggunakan bermacam cara untuk mengakhiri hidup warga Palestin di kem pengungsian.
Dari penyiasatan tim independen, diketahui Sharon memerintahkan pembunuhan, penyembelihan, penindasan dan banyak cara lainnya.
Mulai dari anak-anak, wanita, remaja hingga orang tua dibunuh secara membabi buta.
Namun, di masa tuanya, Ariel Sharon kini tak ubahnya mayat hidup.
Mantan Perdana Menteri Israel periode 2001-2006 itu, mengalami koma selama 5 tahun dan kondisinya sangat menyedihkan.
Secara medis, Sharon sudah dinyatakan tidak mampu lagi bertahan hidup.
Anehnya, deteksi alat-alat medis yang menempel di tubuh Sharon masih mendeteksi degub jantung tukang jagal Sabra dan Shatila itu.
Pemerintah Israel sendiri malu untuk merilis dan mengungkap kondisi sebenarnya yang dialami Sharon, yang hingga kini masih dirawat di Sheba Medical Center, Tel Aviv, Israel.
Sebuah stesyen radio Israel, Isnin (27/08) melaporkan Ariel Sharon yang berusia 82 tahun kondisi tubuhnya sudah sangat menyedihkan.
Menurut laporan itu, berat badan Sharon kini hanya tinggal 15 kg saja, sejak dinyatakan koma lima tahun silam.
Doktor yang merawatnya di Sheba Medical Center, Tel Aviv, menyatakan kondisi Ariel Sharon akan terus koma sehingga umur 90 tahun.
Pembantaian itu dilakukan setelah pembunuhan dua hari sebelumnya terhadap presiden terpilih Bashir Gemayel, sekutu paling penting Israel di Lebanon, yang membuat para pendukungnya menyerukan pembalasan.
Pada Februari 1983, Ariel Sharon, dipaksa mengundurkan diri setelah sebuah komisi penyelidik yang dipimpin Ketua Mahkamah Agung Yitzhak Kahan menuduhnya ikut merencanakan pembantaian paling sadis dalam sejarah berdirinya Israel tersebut.
Beberapa kekejaman Ariel Sharon saat pembantaian di Kamp Sabra dan Shatila:
1. Sharon mengambil seorang bayi dari ibunya dan dilempar ke dinding.
2. Seorang gadis berusia 10 tahun digorok dengan kejam dan matanya diambil.
3. Sekumpulan keluarga, disuruh berbaris di depan rumah dan ditembak.
4. Wanita hamil, digorok dengan kaki terbuka luas, dan mengiris perut wanita hamil itu kemudian meninggalkan perempuan itu hingga mati bersama kandungannya.
Sebanyak 2,000 pengungsi warga Palestin di kem Sabra dan Shatila, Lebanon, dibantai oleh kelompok milisi dibawah komando Menteri Pertahanan Israel (ketika itu), Jenderal Ariel Sharon.
Dalam pembantaian itu, Sharon menggunakan bermacam cara untuk mengakhiri hidup warga Palestin di kem pengungsian.
Dari penyiasatan tim independen, diketahui Sharon memerintahkan pembunuhan, penyembelihan, penindasan dan banyak cara lainnya.
Mulai dari anak-anak, wanita, remaja hingga orang tua dibunuh secara membabi buta.
Namun, di masa tuanya, Ariel Sharon kini tak ubahnya mayat hidup.
Mantan Perdana Menteri Israel periode 2001-2006 itu, mengalami koma selama 5 tahun dan kondisinya sangat menyedihkan.
Secara medis, Sharon sudah dinyatakan tidak mampu lagi bertahan hidup.
Anehnya, deteksi alat-alat medis yang menempel di tubuh Sharon masih mendeteksi degub jantung tukang jagal Sabra dan Shatila itu.
Pemerintah Israel sendiri malu untuk merilis dan mengungkap kondisi sebenarnya yang dialami Sharon, yang hingga kini masih dirawat di Sheba Medical Center, Tel Aviv, Israel.
Sebuah stesyen radio Israel, Isnin (27/08) melaporkan Ariel Sharon yang berusia 82 tahun kondisi tubuhnya sudah sangat menyedihkan.
Menurut laporan itu, berat badan Sharon kini hanya tinggal 15 kg saja, sejak dinyatakan koma lima tahun silam.
Doktor yang merawatnya di Sheba Medical Center, Tel Aviv, menyatakan kondisi Ariel Sharon akan terus koma sehingga umur 90 tahun.
Pembantaian itu dilakukan setelah pembunuhan dua hari sebelumnya terhadap presiden terpilih Bashir Gemayel, sekutu paling penting Israel di Lebanon, yang membuat para pendukungnya menyerukan pembalasan.
Pada Februari 1983, Ariel Sharon, dipaksa mengundurkan diri setelah sebuah komisi penyelidik yang dipimpin Ketua Mahkamah Agung Yitzhak Kahan menuduhnya ikut merencanakan pembantaian paling sadis dalam sejarah berdirinya Israel tersebut.
Beberapa kekejaman Ariel Sharon saat pembantaian di Kamp Sabra dan Shatila:
1. Sharon mengambil seorang bayi dari ibunya dan dilempar ke dinding.
2. Seorang gadis berusia 10 tahun digorok dengan kejam dan matanya diambil.
3. Sekumpulan keluarga, disuruh berbaris di depan rumah dan ditembak.
4. Wanita hamil, digorok dengan kaki terbuka luas, dan mengiris perut wanita hamil itu kemudian meninggalkan perempuan itu hingga mati bersama kandungannya.
sumber:VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar